Thursday 6 October 2011

Paradigma Psikologi Kepribadian

Paradigma Kepribadian Psikologi
Menurut Thomas Kuhn, paradigma dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual atau model yang dengannya seorang ilmuwan bekerja (a conceptual framework or model within which a scientist works). Ia adalah seperangkat asumsi-asumsi dasar yang menggariskan semesta partikular dari penemuan ilmiah, menspesifikasi beragam konsep-konsep yang dapat dianggap absah maupun metode-metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan dan menginterpretasikan data. Tegasnya, setiap keputusan tentang apa yang menyusun data atau observasi ilmiah dibuat dalam bangun suatu paradigma.
Paradigma Kognitif
Psikologi kognitif fokus pada bagaimana seseorang menstrukturkan pengalamannya, bagaimana mereka menjadi menyadarinya, dan mentransformasikan rangsangan kedalam informasi yang berguna. Psikologi kognitif adalah VAK dari psikologi yang  mengeksplorasi proses mental internal. Psikologi kognitif mempelajari tentang bagaimana orang memandang, mengingat, berpikir, berbicara, dan memecahkan masalah.
Seseorang menyematkan setiap informasi baru kedalam jaringan terorganisir dari akumulasi pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya yang biasa disebut sebagai schema. Perbedaan mendasar pandangan kognitif dari pemikiran analisis mediasional adalah terletak pada aspek interpretasi aktif. Jika kelompok mediasi melihat stimulus secara otomatis menghasilkan respon mediasional internal, maka kelompok kognitif memandang minor peran dari reinforcement. Mereka justru percaya bahwa seseorang secara aktif menginterpretasikan stimulus dari lingkungannya dan termasuk bagaimana ia mentransformasikannya untuk mempengaruhi perilaku.
Para terapis kognitif berupaya merubah proses berfikir pasien-pasiennya untuk membantu mereka mengubah emosi dan perilakunya. Beberapa pola terapi telah diperkenalkan tokoh-tokohnya dalam hal ini, seperti: cognitive restructuring dari Davison, rational-emotive dari Albert Ellis, dan selectively abstract dari Aaron Beck.
Peran Psikologi Kognitif
Di dalam dunia psikologi, mempelajari psikologi kognitif sangat diperlukan, karena:
  1. Kognisi adalah proses mental atau pikiran yang berperan penting dan mendasar bagi studi-studi psikologi manusia.
  2. Pandangan psikologi kognitif banyak mempengarui bidang-bidang psikologi yang lain. Misalnya pendekatan kofnitif banyak digunakan di dalam psikologi konseling, psikologi konsumen dan lain-lain.
  3. Melalui prinsiprinsip kognisi, seseorang dapat mengelola informasi secara efisien dan terorganisasikan dengan baik.
  4. Mengandung perkembangan pendekatan pemrosesan informasi, pendekatan ini bersal dari ilmu komunikasi dan komputer.
Aspek Kognitif
  • Kematangan → Semakin bertambahnya usia, maka semakin bijaksana seseorang.
  • Pengalaman → hasil interaksi dengan orang lain.
  • Transmisi sosial → hubungan sosial dan komunikasi yang sesuai dengan lingkungan.
  • Equilibrasi → perpaduan dari pengalaman dan proses transmisi sosial.
Ada 2 sistem yang mengatur kognitif
  1. Skema → antar sistem yang terpadu dan tergabung
  2. Adaptasi, terdiri dari asimilasi dan akomodasi.
  • Asimilasi terjadi pada objek yang meliputi biologis (refleksi, keterbatasan kemampuan dll) dan kognitif (menggabungkan sesuatu yang sudah diperoleh)
  • Akomodasi terjadi pada subjek


Paradigma Pembelajaran/ Behavior Paradigm
Behavioral or learning paradigms muncul ketika John B. Watson memproklamirkan psikologi sebagai disiplin keilmuan yang harus didekati secara obyektif eksperimental. Maka dimulailah berbagai eksperimentasi untuk menyelidiki ‘aspek pembelajaran’ dari perilaku di atas teori S-R (stimulus – respon). Terdapat beberapa model eksperimentasi ‘aspek pembelajaran’ dari perilaku, antara lain: classical conditioniong dari Ivan Pavlov (1849-1936), operant conditioning dari Edward Thorndike (1874-1949) dengan the law of effect-nya yang nanti dikembangkan lebih jauh oleh Burrhus Frederick Skinner dengan reinforcement-nya, dan modeling yang dieksperimentasikan oleh Bandura dan Menlove yang kemudian menguatkan teori mediasi dalam pembelajaran (mediational learning paradigms).
Teori Behavior
Behavior dalam psikologi atau juga disebut behaviorisme adalah teori pembelajaran yang didasarkan pada tingkah laku yang diperoleh dari pengkondisisan lingkungan. Pengkondisian terjadi melalui interaksi dengan lingkungan. Teori ini dapat dipelajari secara sistematis dan dapat diamati dengan tidak mempertimbangkan dari seluruh keadaan mental.
Ada dua tipe pengkondisian dalam behavior:
  1. Classical conditioning adalah cara yg digunakan dalam percobaan behavior yang stimulusnya terjadi secara natural yang dihubungkan dengan respons yakni dengan stimulus netral. Respon akan hadir dengan sendirinya tanpa respon yang disengaja.
  2. Operant conditioning adalah cara yang digunakan dalam behavior dengan diakhiri dengan hadiah dan hukuman.Kritik terhadap teori behavior:
  • Teori ini hanya menggunakan pendekatan satu dimensi saja dalam memandang perilaku
  • Proses belajar terjadi hanya dengan adanya penguatan atau hukuman
  • Manusia dan hewan dapat beradaptasi dengan tingkah lakunya ketika informasi baru itu dikenalkan, walapupun pola tingkah laku sebelumnya telah diketahui melalui penguatan
Kelebihan teori behavior  didasarkan pada perilaku yang dapat diobservasi, sehingga mempermudah pengukuran dan pengumpulan data dan informasi ketika penelitian.
Teknik terapi yang didasarkan pada behaviorisme  adalah intervensi tingkah laku secara intensif, lebih ekonomis, dan pelaksanaannya memiliki ciri tersendiri. Pendekatan ini sangat berguna untuk merubah perilaku yang berbahaya dan maladaptif baik pada anak dan dewasa.
Tiga asumsi dasar dalam behaviorism :
1)  pembelajaran terjadi melalui interaksi dengan lingkungan
2)  lingkungan membentuk perilaku
3)  proses mental tidak digunakan sebagai pertimbangan dalam menjelaskan perilaku
Satu aspek teori behavioral yang paling terkenal adalah classical conditioning yang dikemukakan oleh Ivan Pavlov yang mempelajari proses pembelajaran melalui asosiasi antara rangsangan lingkungan dan rangsangan yang terjadi secara natural.
Prinsip dasar proses behavioral:
1. Rangsangan yang tidak terkondisikan, yaitu pemicu terjadinya respon yang tidak terkondisikan, terjadi secara natural, dan otomatis.
2. Respon yang tidak terkondisikan, yaitu respon yang tidak dipelajari yang terjadi secara natural dalam merespon rangsangan yang tidak terskondisikan.
3. Rangsangan yang terkondisikan, yaitu pada awalnya merupakan stimulus netral, setelah diasosiasikan dengan rangsangan yang tidak terkondisikan, kemudian memicu munculnya respon yang terkondisikan.
4. Respon yang terkondisikan, yaitu respon yang dipelajari dari rangsangan netral sebelumnya.

No comments:

Post a Comment